Karena Hidup ini adalah Perjalanan -itulah kutipan dari Agustinus Wibowo.
Agustinus Wibowo lahir di Lumajang, Jawa Timur, tahun 1981. Seorang pengembara, petualang, musafir, seorang backpaker sejati. Bagi Agustinus, menjadi backpaker adalah hidupnya, nafas setiap hari.
Sejak kecil ia sudah bercita-cita untuk menjelajahi negri-negri yang jauh. Semasa SD gurunya pernah bertanya kepada Agustinus tentang cita-citanya. Diapun menjawab dengan polosnya ingin menjadi turis. Gurunya berkata kalau turis itu bukan pekerjaan, bukan juga cita-cita. Tapi, Agustinus tetap menyimpan mimpi masa kecilnya itu.
Ia memulai perjalanan keliling Asia, berbekal 2.000 dolar AS hasil dari tabungannya selama kuliah di Universtas Tshinghua, Beijing, Cina, untuk memulai bagian dari cita-citanya keliling dunia. Perjalanan nya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina pada tanggal 31 Juli 2005. Dari negri tirai bambu itu ia naik ke atap dunia Tibet, menyebrang ke Nepal, kemudian menembus ke barat, masuk ke Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyurgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Ribuan kilometer yang dia lalui ia tempuh dengan berbagai macam alat trnsportasi, seperti kereta api, bus, truk, hingga kuda, dan tak ketinggalan jalan kaki.
Dari perjalanan panjang itu Agustinus mendapatkan sebuah makna yang mendalam. Perjalanan itu untuk menembus garis batas dan menemukan bahwa di setiap sisi garis batas itu sebenenarnya adalah manusia-manusia yang pada hakikatnya sama dengan diri kita sendiri. Mereka mungkin punya agama yang berbeda, identitas berbeda, kultur yang berbeda, tetapi hakikatnya mereka sama. Semua menginginkan kebahagiaan. Semua menangis ketika menghadapi kematian. Semua punya kesedihan yang sama. Semua akan tertawa ketika ada seuatu yang lucu. Kita punya nilai-nilai universal yang tidak memandang warna kulit kita, agama kita, negara kita. Poin yang paling penting adalah nilai-nilai ke-universalan kita. Hal-hal yang seperti itu yang sering di lupakan orang-orang berkonflik.
Pelajaran yg bisa saya ambil dari cerita Agustinus Wibowo adalah;
Perjalanan kehidupan ini bukan hanya untuk senang-senang. Tapi, untuk memberikan makna bagi diri sendiri atau orang lain. Mereka orang-orang yang membenci sebetulnya, karena mereka tidak pernah keluar dari zona nyaman mereka sendiri. Kita benci karena kita tidak mengenal, memahami, tidak berfikir dari pola pikir mereka. Perjalanan untuk memberikan makna itu. Sudah tidak ada lagi hitam putih, benar salah. Dunia tidak sesimpel itu.
Berikut ini adalah kutipan dari buku "Titik Nol" karangan Agustinus
Wibowo
"Hidup itu adalah sebilah cermin.
Dunia di matamu sesungguhnya
adalah cerminan dari hatimu
sendiri.
Caramu memandang dunia adalah
caramu memandang diri.
Jika dunia penuh kebencian dan musuh
di mana-mana, sesungguhnya itu adalah
produk dari hatimu yang dibalut
kebencian.
Jika kau kira dunia penuh dengan
orang egois, itu tak lain adalah
bayangan dari egoisme egomu
sendiri.
Dunia yang muram berasal dari
hati yang muram.
Sedangkan kalau dunia dimatamu
selalu tersenyum ramah, berterima-
kasihlah pada hatimu yang diliputi
cinta.
Ada aksi pasti ada reaksi.
Ada perbuatan pasti ada balasan.
Semua itu simetris"
"Orang bilang, kenikmatan
perjalanan berbanding terbalik
dengan kecepatan berjalan.
Pemandanga terindah justru
terlihat ketika melambatkan
langkah, berhenti sejenak"
"Kau bilang perjalanan hanyalah
bagi sang pemberani.
Kau bilang perjalanan keliling
dunia itu eksklusif bagi para
lelaki gempal jagoan yang
kuat melibas semua musuh.
Namun bagiku, ujian pertama
dalam perjalanan adalah
pembuktian kesabaran"
"Ketakutan selalu menemani hidup.
Kau dan aku tak kan pernah
bisa lari darinya.
Dalam berbagai wujud, ketakutan
selalu menghantui manusia, sahabat
setia dari gua garba hingga liang lahat.
Adakah bagian dari perjalanan hidup
ini yang terlepas dari ketakutan?
Lihatlah semua tindakan yang
dilakukan semua manusia pada
hakikatnya adalah demi
membebaskan diri dari
sebuah rasa takut.
Orang bekerja keras, berkeluarga,
membesarkan anak, melakukan
investasi, membeli asuransi,
semua demi sejumput rasa aman"
"Justru karena masih ada mimpi,
kita jadi punya alasan untuk terus
hidup, terus maju, terus berjalan,
terus mengejar.
Tanpa mimpi sama sekali,
apa pula arti hidup ini?"
"Dari Titik Nol kita berangkat, kepada Titik Nol kita kembali. Tiada kisah cinta yang tak berbubuh noktah, tiada pesta yang tanpa bubar, tiada pertemuan yang tanpa perpisahan tiada perjalanan yang tanpa pulang"
0 comments:
Posting Komentar